• Blog
  • Tentang Saya
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
Hak Cipta © 2025 | diarhafsari.com oleh Diar Adhihafsari. Diberdayakan oleh Blogger.
instagram spotify pinterest

diarhafsari

Membaca, menulis, dan menikmati cita rasa

CREATIVE MORNINGS VIRTUAL FIELDTRIPS merupakan aktivitas kreatif daring (online) yang mulai saya kenal dan ikut berpartisipasi sebagai peserta sejak akhir Februari 2023. Dua tahun kemudian, sekarang, terhitung saya telah mengikuti 52 Virtual FieldTrips, yang sebagian besarnya terkait aktivitas menulis.

Lukisan “Art Students” karya Louis Lang
Gambar: “Art Students” karya Louis Lang, sekitar 1871, Metropolitan Museum of Art (public domain)

Termasuk salah satunya, yang hingga kini masih menjadi favorit saya, yaitu Virtual FieldTrip berupa lokakarya (workshop) di akhir Juni 2023 berjudul “Reverie: An Embodied Slow Looking and Poetry Experience”.

Dalam waktu sekitar satu setengah jam via pertemuan Zoom, peserta dari berbagai negara mengikuti dua jenis workshop yang dijadikan satu: mengamati lukisan dan menulis puisi.

Mengamati Lukisan dengan Slow Looking

Pertama, host Annie Yi dari National Gallery of Art menunjukkan kepada peserta sebuah lukisan tahun 2019 berjudul “A Sunburst Restrained” karya Maria Berrio, seorang seniman visual perempuan asal Kolombia yang bekerja di Brooklyn, New York. Lukisan ini dipilih untuk mewakili tema reverie (lamunan, angan-angan) dalam Virtual FieldTrip ini.

Lukisan Maria Berrio, “A Sunburst Restrained”
Foto: Lukisan Maria Berrio, “A Sunburst Restrained” (2019) di National Gallery of Art, Washington, D.C., November 2023, via Instagram @katrinalee_84

Kami, para peserta Virtual FieldTrip, diminta untuk mengamati lukisan tersebut di atas. Kami juga diajak untuk membiarkan pengamatan kami mengembara secara bebas.

Dengan bantuan Annie, kami akhirnya menyadari bahwa ternyata Maria Berrio membuat “A Sunburst Restrained” menggunakan kertas khusus dari Jepang yang dijadikan collage. Collage itu juga dipadukan dengan kanvas yang dilukis memakai watercolor.

Saat foto lukisannya diperbesar, kami dapat melihat collage yang diwarnai dengan watercolor membentuk dua perempuan yang ada di dalam lukisan. Keduanya berbaring di alas pink dengan latar sejenis ubin. Di depan mereka tampak bagian dari pohon lemon yang terdiri atas ranting, daun, dan buahnya.

Annie kemudian mengungkapkan pula bagaimana Maria Berrio membuat lukisan tersebut karena terinspirasi oleh puisi “Ode to the Lemon” karya penyair terkenal asal Chile, Pablo Neruda.

Bagian akhir dari “Ode to the Lemon” merupakan bagian kesukaan kami — Annie dan para peserta, semata karena pilihan diksi yang terjalin indah dan tak terpikirkan oleh kami:

So, when you hold

the hemisphere

of a cut lemon

above your plate,

you spill

a universe of gold,

a

yellow goblet

of miracles,

a fragrant nipple

of the earth's breast,

a ray of light that was made fruit,

the minute fire of a planet.

Dipandu oleh Annie yang salah satu pekerjaannya di National Gallery of Art adalah memandu tur di sana, peserta Virtual FieldTrip diajak memahami makna di balik lukisan “A Sunburst Restrained”, termasuk benang merahnya dengan puisi “Ode to the Lemon”.

Meski sedikit banyaknya menyukai seni dalam beragam bentuknya, jujur saya merasa tidak mudah untuk memahami seni dan makna yang menyertainya. Namun, Annie mampu membuat proses memahami seni tersebut terasa menyenangkan.

Takeaway yang bisa saya tarik (dan catat) dari panduan Annie Yi untuk memahami karya seni, kurang lebihnya begini:

“As close as you want, you have the freedom to look at a piece of art, for each one of us has a different point of view and different definition on art.”

Menulis Puisi Berdasarkan Pengamatan Akan Karya Seni

Christine Bissonnette, yang seorang penyair sekaligus pengajar puisi, hadir dalam Virtual FieldTrip ini untuk membersamai kami di bagian akhir workshop untuk menulis puisi.

Sebelumnya, kami diminta untuk terlebih dahulu menulis bebas (free writing) dengan prompt tulisan terkait apa yang sudah kami dapatkan di sesi awal workshop ini.

Saya sudah tidak ingat lagi apa saja prompt tulisannya, akan tetapi saya masih menyimpan hasil free writing saya yang hanya terdiri dari tiga paragraf singkat ini — yang sepertinya berupa interpretasi pribadi saya terhadap lukisan “A Sunburst Restrained”:

These two women relax and enjoy themselves in their own garden. As summer is already welcomed, they can smell the shine of the sun, and they can even hear the summer wind approaching their garden, touching their precious bright lemon trees.

Isn’t summer just the best time to escape and to just breathe?

The heat of summer, somehow, makes those women — or us, for that matter — stronger. Heat, high temp, scorching wind. Simple things, yet those make you feel the strongest than in other seasons.

Setelah sesi free writing usai, barulah para peserta diberikan waktu sekitar 15 menit untuk menulis puisi sesuai imajinasi maupun pengamatan kami akan karya seni visual Maria Berrio dan puisi Pablo Neruda di awal.

Mengamati Lukisan dan Menulis Puisi: Sebuah Workshop dari Creative Mornings

Menulis bukan hal yang mudah, apalagi menulis puisi. Dan dalam waktu hanya 15 menit pula! Namun saya bangga karena berhasil menuliskan sebuah puisi sederhana berdasarkan pengamatan akan karya seni yang saya pelajari di dalam workshop ini.

APPRECIATING THE HUES

by Diar Adhihafsari


Today I found out

about a poem

by Pablo Neruda,

“Ode to a Lemon”


So simple

yet so orchestral

An ode, that is

And to a lemon


The yellow hues

for Neruda’s lemony poem

The hues

I get to appreciate now


To why he used the words

“A yellow goblet of miracles”

still amazes me

for my mind is blown


That hues are magical,

whatever the colors involved

That words are miraculous,

that an instant poem I could

write just now

Kesimpulan

Menikmati karya seni, atau bahkan membuat karya seni, bukan hanya untuk mereka yang ‘nyeni’ murni. Kita, yang ‘orang biasa’, juga sah-sah saja mengamati dan menginterpretasi karya seni dengan imajinasi dan sudut pandang kita sendiri.

Kita juga bahkan bisa menginterpretasikan cara kita memandang karya seni melalui karya seni lainnya gubahan kita sendiri, seperti yang saya lakukan lewat Virtual FieldTrip “Reverie” dari Creative Mornings yang saya ikuti.

Bagi yang tertarik juga mengikuti Virtual FieldTrips dari Creative Mornings, kamu bisa mendaftarkan diri di situs Creative Mornings dan mulai mencari judul-judul Virtual FieldTrips yang menarik bagimu.

Pilih satu (atau semua!) Virtual FieldTrip yang kamu mau, baik itu berupa webinar maupun workshop. Pastikan untuk cek waktu pelaksanaannya (karena FieldTrip dilangsungkan di waktu sesuai negara host-nya — seringnya Amerika Serikat — yang di Indonesia kadang tengah malam atau dini hari, walau banyak juga yang pagi atau malam hari) serta cek apa yang harus disiapkan (bila ada).

Selanjutnya, tinggal hadir sesuai waktu pelaksanaan via Zoom, dan selamat menikmati!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
93% PENGGUNA INTERNET memulai sesi berinternet mereka dengan membuka situs pencari atau search engine (DemandSage, via BrightSpotCopywriting, 2024), di mana blog selalu muncul sebagai salah satu sumber hasil pencarian informasi yang signifikan. Data lain menyebutkan bahwa 77% pengguna internet rutin membaca blog (Ahrefs, via GoDaddy, 2024).

Kedua data itu saja menunjukkan bagaimana, setelah sekitar dua dekade semenjak menjadi semakin populer dan berkembang secara luas (Digital Limelight Media), blog masih punya pembaca dan penulis setianya.

Lukisan "Young Woman Writing a Letter" oleh Richard Parkes Bonington
Gambar: “Young Woman Writing a Letter” oleh Richard Parkes Bonington (public domain, Wikimedia Commons)

DAFTAR ISI:

  • Pengalaman saya dalam dunia blogging sejak 2006
  • Empat kenangan terbaik dari pengalaman saya blogging

Pengalaman Blogging Sejak 2006

Saya sendiri mengenal istilah “blog” mulai tahun 2006 dan sejak saat itu sudah beberapa kali memiliki sejumlah blog dengan menggunakan berbagai platform — dari LiveJournal, Blogger/Blogspot (baik yang gratisan maupun yang dengan redirected ke domain sendiri), BlogHer.com (versi 2000-an), sampai Wordpress (baik yang gratisan maupun yang dengan domain dan hosting sendiri).

Atau, bila ditarik ke belakang lagi, sebelum penggunaan kata “blog” dikenal, saya sudah menulis dalam bentuk blog dengan memanfaatkan berbagai media — mulai dari Geocities, menyusun kode HTML sendiri, sampai ‘numpang’ menulis rutin di situs BrainEvent.com melalui seleksi terlebih dahulu.

Jenna Andersen, seorang blogger terkenal di 2000-an (dengan blog That Girl, That Bride, dan That Wife) merangkum era awal blogging mulai populer dengan sangat tepat:

“That was the first wave of blogging. No one was a brand. There were no sponsored posts. It was raw, startlingly honest, and there were no pictures because digital photography hadn’t reached the masses yet.”

Mempertahankan Blog

Dari sekian jumlah blog yang pernah saya miliki, ada yang mampu saya pertahankan hingga bertahun-tahun. Namun ada pula yang, ibaratnya, cuma sampai tahap ‘orientasi’.

Ada blog saya yang harus berhenti di tengah jalan karena ‘tiba-tiba’ saja saya kehilangan motivasi dan tujuan untuk melanjutkan. Ada yang terpaksa saya kick karena saya merasa kewalahan akibat kebanyakan blog. Pun ada yang tidak pernah berlanjut semata karena tidak lagi ada dana untuk memperpanjang domain dan/atau hosting-nya. Bagaimana pun juga kan, life happens, termasuk dalam urusan blogging.

Cuan dari Blog

Dari pengalaman on dan off dalam blogging sejak 2006, dan dari sejumlah blog yang saya miliki, hanya dua blog saja yang pernah saya monetisasi, baik dengan iklan dari AdSense maupun dengan program afiliasi (affiliate marketing).

Lalu, apakah saya pernah mendapat cuan dari blogging? Jawaban saya, tidak. Yah, kalau ‘sekadar’ recehan sih, saya pernah menerima dari AdSense, hitung-hitung agar akun PayPal saya tidak kosong, hihi. Tetapi kalau cuan ‘serius’ menurut standar blogger profesional, jujur, saya tidak pernah merasakan mendapatkannya.

4 kenangan terbaik dalam blogging

4 Kenangan Terbaik dalam Blogging

Terlepas dari soal ‘nasib’ “cuan-less’ saya dalam blogging, nyatanya kalau sudah tiba di fase hiatus dan tidak punya blog lagi, saya selalu berlanjut ke fase kangen menulis. Dan rasa kangen itu selalu munculnya berupa kilasan pikiran, “Kepengin punya blog lagi, deh. Kepengin nulis di blog sendiri lagi.”

Seperti sekarang ini. Setelah sekitar empat tahunan hiatus (yang kesekian kalinya) dari aktivitas blogging (dengan domain sendiri), saya mencoba kembali ke dunia blogging. Saya memberanikan diri berkomitmen dengan diri sendiri untuk ngeblog lagi.

Penting bagi saya untuk membangkitkan motivasi memulai ulang blogging dari nol dengan mengingat kembali terutama empat kenangan terbaik dalam blogging yang sekaligus menjadi beberapa di antara sekian kenangan terbaik dalam hidup saya.

1. Tulisan-tulisan di blog saya di-featured di website lain.

Mengingat trafik blog saya dulu yang rasanya biasa-biasa saja, saya sempat sangat terkejut — sekaligus juga merasa terhormat — begitu mengetahui beberapa artikel yang saya tulis di blog saya di-featured di blog dan website lain, yaitu di BrazenCareerist.com dan SheWrites.com.

Walau kadang saya merasa tulisan saya (apalagi yang dalam bahasa Inggris) masih amatir, namun dengan dikurasinya tulisan tersebut untuk masuk ke seksi featured post — untuk setidaknya satu–dua hari — dan dibaca secara global membuat saya merasa ‘dilihat’ dan sangat diapresiasi.

Tangkapan layar salah satu tulisan dari blog lama saya yang pernah di-featured di BrazenCareerist.com, 2009
Tangkapan layar salah satu tulisan dari blog lama saya yang pernah di-featured di BrazenCareerist.com, 2009

2. Menjadi penulis/blogger kontributor untuk sejumlah blog/website lain.

Membutuhkan keberanian untuk menawarkan diri dan/atau melamar posisi kontributor di blog/website lain. Tak hanya keberanian ‘menjual diri’, tetapi juga keberanian mengikuti prosedur seleksi dan keberanian untuk membuat tulisan yang meng-highlight kemampuan kita.

Saya beruntung sekali pernah mendapatkan pengalaman menjadi kontributor rutin, di antaranya di situs BrainEvent.com dan EthicalWeddings.com. Atau mendapat kesempatan menjadi kontributor tamu, misalnya di RuangFreelance.com dan GreenGirlsGlobal.com. Mungkin memang betul perlu mata pihak lain juga untuk memastikan sudah sejauh mana skill yang kita miliki.

Tangkapan layar salah satu tulisan kontribusi saya di GreenGirlsGlobal.com, 2009
Tangkapan layar salah satu tulisan kontribusi saya di GreenGirlsGlobal.com, 2009

3. Blog saya mendapat tawaran bergabung dalam sebuah ad network besar.

Tawaran bergabung ke dalam sebuah ad network besar ini terjadi sekitar tahun 2007, ketika akses internet masih belum semudah sekarang. Dahulu saya berinternet dengan bergantung pada satu lokasi hotspot yang jauh dari rumah dan kebetulan pada saat kejadian itu, tidak saya akses setiap hari.

Betapa terkejutnya saya, ketika memeriksa email, saya menerima tawaran untuk blog saya (yang bagi saya masih layaknya bayi kecil) bergabung dalam sebuah program ad network milik BlogHer.com. Kala itu, BlogHer.com, dengan ad network-nya, merupakan jaminan mutu dalam dunia blogging.

Saya lebih terkejut lagi ketika melihat bagian akhir email yang menyebutkan bahwa batas akhir tanggal tawaran tersebut, di hari saya membacanya, sudah tidak berlaku lagi. Rasanya mau jadi Shakespeare (maksudnya mau drama, gitu); kenapa ‘cuma’ gara-gara absen berinternet beberapa hari, saya harus kehilangan sebuah kesempatan superbesar?!

Tapi dari tawaran mengejutkan itu saya tetap merasa mendapat apresiasi besar, bahwa apa yang saya lakukan dan apa yang saya tulis di blog saya ternyata bukan hal yang sia-sia, terlepas dari pandangan orang lain yang menganggap blogging bukan suatu hal serius.

4. Menjadi blogger membuat saya menjadi dan merasa produktif dalam menulis dan menghasilkan tulisan.

Yang jelas, pengalaman on dan off blogging, dengan segala trial dan error-nya, menjadi masa-masa yang membuat hari-hari saya produktif.

Menjadi blogger membuat saya merasa sebagai orang yang produktif dan berdaya, meski kelihatannya ‘hanya sejauh’ beraktivitas menulis dan menghasilkan tulisan. Dan perasaan produktif itu saja — bahwa hari-hari dan hidup kita terasa berarti — merupakan perasaan yang luar biasa membanggakan bagi kita, orang dewasa, bukan?

Kesimpulan

Berkutat dengan blog sejak 2006 memberikan pengalaman, kesempatan, dan kenangan yang membuat hidup saya terasa berarti:

  1. Tulisan-tulisan di blog saya di-featured di website lain.
  2. Menjadi penulis/blogger kontributor untuk sejumlah blog/website lain.
  3. Blog saya mendapat tawaran bergabung dalam sebuah ad network besar.
  4. Menjadi blogger membuat saya menjadi dan merasa produktif dalam menulis dan menghasilkan tulisan.
Apakah kamu seorang blogger? Apa kenangan terbaikmu dalam blogging? Yuk, share juga!

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

HALO!

Selamat datang di blog diarhafsari.com! Nama saya Diar dan di blog ini saya menulis seputar membaca, menulis, dan menikmati cita rasa. Selamat menikmati!

SAYA JUGA ADA DI SINI

  • instagram
  • spotify
  • pinterest

TOPIK

  • Blogging
  • Buku dan Kuliner
  • Membaca
  • Menikmati Cita Rasa
  • Menulis
  • Podcast Sepiring Narasi Rasa

Created with by ThemeXpose